PKH SUMEDANG - Laptop, flipchart/poster, modul, buku pintar, charger laptop, lakban, sambungan kabel, mini speaker ... yesss, semua sudah lengkap, dan siap untuk dimasukkan ke dalam si hitam ransel PKH ini.
Lumayan berat juga ranselnya. Saya cek lagi barangkali ada barang yang bisa dikeluarkan dari ransel. Hmmm ... tidak ada, semuanya perlu. Ya sudah, bismillaah ... berangkaaat....!!
Gangnya saya ingat, gang yang sama dengan Posyandu Barokah. Tapi rumahnya yang mana ya? agak ingat-ingat lupa gitu. Eh, ada anak kecil lewat, saya tanya ah, "Dek, rumahnya Bu Yeti yang mana ya?". "Bu Yeti?", si anak tampak berpikir. Sepertinya dia tidak tahu. Saya ganti deh pertanyaannya, "Rumahnya Baban yang mana?". "Oh ... Baban. Yang itu Bu", jawab si anak sambil menunjuk sebuah rumah panggung dengan dindingnya yang terbuat dari anyaman bambu, atau kalau di daerah kami, sumedang, disebut bilik. Rumahnya berwarna putih sepertinya, setidaknya dulu ketika baru dicat, he he. Sekarang warnanya sudah berubah, entah krem, abu atau mungkin putih kekuningan.
Kuturuni jalan setapak di tengah kebun bambu itu, menuju rumah Bu Yeti, tempat aku dan KPM PKH Dusun Karasak Desa Sukarapih Kecamatan Sukasari akan melaksanakan Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga (P2K2).
Tujuh lembar flipchart sudah terpasang di sekeliling dinding rumah Bu Yeti, speaker dan laptop, lengkap dengan chargernya sudah siap memutar film Bu Lili. Ya, laptopku ini memang harus selalu terhubung dengan listrik, karena kalau tidak, hanya bertahan hidup sekitar 10 menit, maklum laptop jadul, he he.
"Alhamdulillah saya jadi tidak terlalu suka marah-marah sama anak, Bu" jawab seorang peserta ketika saya tanya apa saja yang sudah dipraktekkan di rumah dari materi sebelumnya. Lalu seorang peserta menambahkan, "Sekarang, saya kalau mau nyuruh anak sholat, saya dulu Bu, yang harus sholat, jadinya anaknya nggak susah disuruh sholat".
"Alhamdulillah ... itu bukti kalau anak akan melihat dan meniru apa yang kita perbuat ya, Ibu-Ibu ...", ucapku, dan kulihat mereka mengangguk-anggukan kepala tanda setuju. "Baik, kita lanjutkan materinya ya, Ibu-Ibu".
Senang melihat mereka antusias mengikuti seluruh rangkaian kegiatan dari awal sampai akhir. Sekarang sudah lebih banyak yang berani bersuara, dibanding waktu pertama kali pelaksanaan P2K2, sehingga diskusi pun jadi lebih meriah dan hidup.
Bermain peran sepertinya hal yang baru bagi mereka, terlihat dari sikap mereka yang canggung ketika harus memerankan Bu Lili, agus dan Ita. Tapi kegiatan inilah yang membuat mereka tertawa lepas sekali sepertinya, semua beban seperti hilang. "Tuh kan, Bu, di sini Ibu-Ibu bisa tertawa, kalau di rumah belum tentu kan", celotehku.
Banyak kisah yang tergali ketika berinteraksi dengan mereka, di tengah keterbatasan ekonomi, mereka tetap semangat memberikan yang terbaik untuk anak-anaknya. Ada juga kisah heroik seorang ibu yang bekerja keras mencari nafkah untuk mencukupi kebutuhannya dan anak-anaknya, semenjak sang suami pergi entah kemana ketika anak ke-3 nya baru berumur 6 bulan.
...
"Jadi, salah satu cara untuk meningkatkan perilaku baik anak adalah dengan cara memuji perilaku baik mereka ya Bu".
Ya, saat ini kami sedang membahas sesi ke-2 dari modul Pengasuhan dan Pendidikan Anak, yaitu Memahami Perilaku Anak.
"Ibu-Ibu suka memuji anak-anaknya nggak?", tanyaku. "Kadang-kadang Bu, he he ...", jawab mereka malu-malu.
Memuji perilaku baik anak, kalau tidak dibiasakan memang tidak mudah. Sama halnya dengan mengucapkan maaf, tolong dan terimakasih kepada anak. Semuanya harus dimulai dari orang tua, maka nanti anak akan meniru dan akhirnya menjadi sebuah kebiasaan.
...
"Ibu-Ibu, alhamdulillah pelajaran untuk hari ini sudah selesai. Siap dipraktekkan di rumah ya ...". "Insya Allah Bu ...", jawab mereka serempak. "Yah, kita sama-sama berusaha untuk menjadi orang tua yang penuh kasih sayang ya Bu, sehingga anak-anak kita nanti tumbuh menjadi generasi yang kreatif, produktif dan penuh percaya diri ... aamiin", ucapku menutup pelajaran hari ini,
Pada dasarnya, ketika kita menyampaikan sebuah ilmu kepada orang lain, itu adalah sebagai pengingat untuk diri sendiri. Ketika saya mengajarkan cara pengasuhan dan pendidikan yang baik kepada para KPM PKH, pada hakikatnya adalah mengingatkan diri saya sendiri untuk bersikap lembut dan penuh kasih sayang terhadap anak-anak saya.
wallaahu a'lam.
Dari pojokan sebuah dusun yang mungkin sebentar lagi hanya tersisa beberapa rumah, karena tergerus proyek jalan tol Cisumdawu.
Sukasari, 28 Februari 2019
Neti Mulyawati
Pendamping PPKH Kecamatan Sukasari