PKH SUMEDANG - Perilaku agresif bentuknya dapat macam-macam, diantaranya memukul,
menendang, melempar, merusak, atau berteriak dan berkata kasar. Perilaku agresif dapat menyakiti tubuh maupun
perasaan orang lain. Bagaimana jika perilaku
tersebut dilakukan anak secara berulang? Sebaiknya orang tua tidak serta merta
menghakimi dan menghukum anak, melainkan perlu mencermati hal-hal sebagai berikut terlebih dahulu agar
dapat mencegah perilaku agresif muncul kembali:
1. Faktor neurologis
Tidak semua perilaku agresif muncul karena
unsur kesengajaan murni, atau unsur belajar dari lingkungan. Ada pula anak-anak
yang mengalami gangguan neurologis (syaraf) di masa perkembangannya sehingga
bagian pada otak yang berfungsi untuk mengontrol perilaku tidak dapat bekerja
sebagaimana mestinya. Misalnya saja pada anak-anak yang mengalami Autisme, atau
anak-anak dengan Disabilitas Intelektual yang cukup berat sehingga kesulitan
untuk belajar mengendalikan emosinya (Catatan: tidak semua anak autis dan anak
dengan disabilitas intelektual berperilaku agresif).
2. Frustrasi
Frustrasi adalah bentuk reaksi emosi yang
muncul ketika seseorang tidak berhasil mencapai apa yang ia harapkan atau ia
inginkan. Coba cermati apakah anak mengalaminya?Anak dapat berperilaku agresif
karena merasa keinginannya tidak kunjung dipenuhi oleh orang tua, merasa gagal
di sekolah, atau merasa adik, kakak serta temannya menghalangi upayanya dalam
mencapai apa yang ia inginkan.
3. Games dan media
Coba cermati games dan tontonan yang sering
dinikmati anak setiap harinya. Apakah mengandung unsur kekerasan? Tidak semua
permainan dan tayangan yang diperuntukkan oleh anak bebas dari adegan
kekerasan. Apalagi jika anak berkesempatan menyaksikan tayangan yang tidak
diperuntukkan untuk anak seusianya.
4. Terpola
Perilaku agresif salah satunya dapat dilakukan anak untuk mendapatkan apa yang ia
inginkan. Apabila cara tersebut berhasil, anak kemudian “belajar” bahwa
ternyata jika ia melempar, memukul, atau berteriak orang tua akan memenuhi
keinginannya. Jika orang tua terus membiarkan ini terjadi maka perilaku agresif
menjadi terpola dan terbiasa dilakukan anak.
5. Perilaku orang di sekitar
Apabila orang-orang di sekitar anak terbiasa
berbicara dengan nada tinggi dan kasar, serta beperilaku kasar maka tidak
mengherankan jika anak kemudian mencontohnya dan menganggapnya sebagai hal yang
wajar. Anak dari orang tua yang menggunakan kekerasan sebagai hukuman,
berpotensi lebih tinggi untuk melakukan tindak kekerasan pada orang lain.
6. Terancam atau tertekan
Coba cermati apakah ada situasi yang membuat
anak merasa terancam atau tertekan baik di rumah maupun disekolah? Dekati anak
dan coba gali mengenai hal ini. Manusia yang berada dalam kondisi terancam akan
memunculkan reaksi pertahanan diri, salah satu reaksi yang paling bersifat
naluriah adalah dengan cara memunculkan perilaku menyerang. Perilaku menyerang
dapat ditujukkan langsung pada pihak yang membuat seseorang merasa terancam,
atau dapat pula ditujukkan pada objek lain sebagai pelampiasan.
Intan Kusuma Wardhani, M.Psi, Psikolog