Ya, itu adalah sebuah dusun di sebuah desa di salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Sumedang. Indah bukan?
Pemandangan-pemandangan seperti inilah yang menyejukkan mata dan mengumpulkan kembali energi, setelah sebelumnya berjatuhan di sepanjang jalan, dalam perjalanan sekitar 45 menit menuju desa ini, Desa Banyuresmi.
Minggu-minggu pertama menjadi pendamping PKH di Kecamatan Sukasari ini, agak syok juga, karena baru pertama kali menemukan tanjakan dan turunan dengan kemiringan yang lumayan curam, bahkan tanjakan sekaligus belokan pun banyak ... ha ha ha.
Tapi, pawang ular yang terlihat enjoy memegang dan memeluk ular pun, pada awalnya mungkin takut dan tidak terbiasa memegang ular kan? Tapi karena interaksi yang sering dengan ular, lama-lama menjadi terbiasa dan menikmati.
Saya pun, karena sering berinteraksi dengan tanjakan, turunan dan belokan-belokan itu, ditambah sudah terciptanya ikatan hati dengan ibu-ibu para peserta PKH, ... cieee ..., saya menjadi terbiasa dan menikmati setiap kegiatan di lapangan. Yah ... kalau ada sekali-kali malas dan capek, wajar lah, namanya juga manusia, he he.
kembali ke foto ya ...
Itu adalah Dusun Cigintung, foto itu saya ambil dalam perjalanan pulang dari Dusun Malaka, setelah saya mengadakan Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga (P2K2) bersama para Keluarga Penerima Manfaat PKH di dusun tersebut.
...
"Saha anu emut, di pertemuan anu tipayun urang diajar naon?" ( Siapa yang ingat, di pertemuan yang lalu kita belajar apa?), tanyaku pada sekitar 30 an ibu-ibu yang duduk di depanku membentuk formasi setengah lingkaran.
"Eh ... naha kalah ngaharuleng ari ibu." (Kok malah pada bengong?).
( Untuk selanjutnya percakapan akan saya tulis dalam bahasa Indonesia)
"Nggak boleh marah sama anak, Bu", ucap salah seorang peserta. "Iya, betuuul ..., Ibu pinter". "Ayo, apa lagi Bu?". "Tidak boleh bertengkar sama suami di depan anak, Bu," tambah seorang peserta lain. "Betul Bu," ucapku sambil kuarahkan jempolku pada peserta yang sudah menjawab. "Di rumah sudah dipraktekkan belum, Bu?", tanyaku. "Yah ... sebagian Bu. Alhamdulillah, sekarang kalau mau marah sama anak, saya suka inget sama sekolah ini, jadi nggak jadi marahnya, Bu," jelas seorang peserta dengan senyuman yang terkembang di bibirnya. "Masih suka nyubit anaknya nggak, Bu?", kulontarkan pertanyaan berikutnya. "He he, masih Bu, kadang-kadang, kalau udah bener-bener kesel," jawab seorang ibu, jujur.
"Alhamdulillah ... sudah ada perubahan-perubahan ke arah yang lebih baik ya, Bu. Kita sedikit-sedikit saja. Memang kita belum bisa merubah seratus persen perilaku kita yang kurang baik, tapi kita praktekkan sedikit-sedikit apa yang sudah kita pelajari di sekolah ini". Ya, untuk memudahkan mereka, saya istilahkan kegiatan P2K2 ini dengan "Sekolah", dengan tetap memperkenalkan nama "P2K2" tentunya.
"Nah, Ibu-Ibu, sekarang kita lanjutkan ke materi selanjutnya ya ... ".
"Materi kali ini yaitu Memahami perilaku Anak". "Bu, kalau anak ibu terlihat lagi nyanyi-nyanyi atau lagi bermain dengan ceria ... kira-kira saat itu perasaan anak sedang bagaimana?" tanyaku. "Lagi seneng Bu, lagi bahagia", jawab mereka serempak." Lalu kulanjutkan pertanyaanku, "Sekarang, kalau anak marah-marah, bahkan sampai lempar barang, misalnya, kira-kira perasaan anak sedang bagaimana?". "Lagi kesel Bu." "Iya, jadi ada hubungan antara perasaan dengan perilaku anak ya Bu. Nah sekarang kita akan belajar bagaimana caranya meningkatkan perilaku baik anak dan menurunkan perilaku buruk anak ya, Bu".
Selama pelajaran, kulihat mereka antusias mengikuti materi-materi yang aku sampaikan, terutama para ibu muda yang baru memiliki satu atau dua anak, tapi mereka yang sepertinya sudah menginjak usia 40 atau 50 pun tidak kalah semangat mengikuti sekolah ini. Walaupun pastinya ada beberapa yang mungkin merasa sedikit terpaksa hadir karena takut dengan hukumannya ... hi hi. Aku menetapkan aturan untuk mereka, yaitu bagi yang tidak hadir P2K2, harus membuat rangkuman materi hari itu. Mereka bisa bertanya kepada yang hadir atau dengan cara lainnya, yang penting mereka harus mengumpulkan tugasnya pada saat pertemuan berikutnya.
"Setelah lihat film tadi, kita jadi tahu bahwa salah satu cara untuk meningkatkan perilaku baik anak adalah dengan cara memuji perilaku baik mereka." "Ibu-Ibu kalau dipuji sama suami, gimana perasaannya?" tanyaku. "Bahagia atuh, Bu" jawab mereka sambil tersipu malu. "Kalau hati Ibu bahagia, Ibu akan tambah baik kan, sama suami?" "Anak-anak juga sama, Bu. Mereka akan bahagia kalau perilaku baiknya dipuji oleh orang tuanya. Daaan ... mereka akan tambah baik lagi, akan semakin meningkat perilaku baiknya. Siap dipraktekkan di rumah ya, Bu. Memuji perilaku baik anak!" "Insya Allah, Bu," jawab mereka.
Rasanya bahagia bisa memberikan sesuatu kepada mereka. Sesuatu yang akan mereka ingat. Sesuatu yang bisa memperbaiki pola asuh mereka terhadap anak-anak mereka, generasi-generasi penerus bangsa. Semoga, dengan menerapkan pola asuh penuh kasih sayang, bisa menciptakan generasi-generasi yang cerdas, produktif dan penuh percaya diri. Dan semoga kedepannya bisa memutus rantai kekerasan kepada anak. Karena, anak yang dibesarkan dengan kasih sayang, akan demikian pula memperlakukan anak-anaknya kelak, insya Allah.
Selain mendapatkan ilmu, pada kegiatan P2K2 ini, mereka juga belajar untuk berani mengemukakan pendapat, berani tampil di depan orang lain.
"Ibu-Ibu suka nyuruh anaknya supaya berani maju di depan kelas nggak?", tanyaku. Hampir semua menjawab "iya". "Nah ... Ibu-Ibu juga harus berani maju ke depan ya. Sekarang kita bermain peran ya, Bu."
Setelah dibagi kelompok dan peran masing-masing sudah ditentukan, sekarang masing-masing kelompok harus memerankannya di depan peserta yang lain. Ada yang malu-malu, ada yang bingung, tapi ada juga yang memainkan perannya dengan santai dan penuh improvisasi. Tapi yang pasti, seluruh kegiatan "Bermain Peran" ini memancing gelak tawa seluruh peserta dan saya juga tentunya ... hehe. "Alhamdulillah ... di sini mah bisa seuseurian (tertawa) Bu, kalau di rumah mah belum tentu bisa," ucap salah seorang peserta dengan gembiranya.
...
Tidak terasa, sudah dua jam kami melaksanakan "Sekolah" hari ini. Sebelum mengakhiri nya, tidak lupa aku ingatkan untuk mempraktikkan di rumah, hal-hal yang sudah dipelajari hari ini. Ada perasaan bangga dan bahagia, karena bisa menjadi bagian dalam program ini, program Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga (P2K2). Menjadi bagian dalam perubahan, perubahan ke arah yang lebih baik, semoga saja.
...
Tiba-tiba, madrasah ini menjadi kosong ... dan sepi. Karena satu persatu mulai meninggalkan ruangan ini, untuk kembali ke rumah masing-masing, untuk kembali menjalankan aktivitas masing-masing. Tinggal aku, dibantu oleh ketua kelompok, merapikan kembali "peralatan perang"ku. See you next session wahai para Ibu, para pembawa perubahan.
Tanjungsari, 9 Maret 2019
Neti Mulyawati
Pendamping PKH Kecamatan Sukasari